Kamis, 18 Maret 2010

KOMODIFIKASI

A. Pandangan Komodifikasi
Komodifikasi adalah segala sesuatu yang dijadikan komersil dengan kata lain sesuatu tersebut tujuan akhirnya pasti mengharapkan sebuah keuntungan. Dalam proses komodifikasi ada nilai yang segala sesuatunya diitung untung ruginya. Di Indonesia sudah banyak komodifikasi yang muncul, dalam hal ini komodifikasi pada media. Saya akan mempersempitnya lagi dengan komodifikasi pada media cetak di Indonesia.

Sesungguhnya media memiliki beberapa fungsi sperti sumber informasi, kontrol sosial, edukasi, dan hiburan. Walaupun masyarakat kita selalu beranggapan media cetak dapat memberikan kita sebuah informasi terbaru. Kita tak sadar dalam ruang lingkup yang ada pada media cetak sebenarnya tak hanya memberikan sebuah informasi, namun media cetak juga selalu mengukur keuntungan apa saja yang nantinya akan didapat.

Saya berpendapat benar di dalam setiap media, khusunya media cetak terkait dengan ekonomi politik media dan ideologi dari sang pemilik media tersebut. Terkadang bila kita hanya terpaku pada satu koran saja, maka kita dengan cepat akan cepat terpengaruh dari ideologi yang ada pada frame koran tersebut. Kita tidak sadar secara tidak langsung kita dipengaruhi. Hal ini dapat dihindari bila kita tidak hanya terpaku pada satu koran saja. Kita sebagai masyarakat yang tidak bodoh harus dapat memilah mana yang dapat dipercaya dan koran mana yang memang dapat memberikan informasi secara subyektif dan obyektif.

Analisis Kasusnya

Kita tahu, Indonesia pernah terkejut dengan aksi terorisme yang melakukan pengeboman di hotel JW Marriot. Semua mata memandang pada permasalahan ini, begitu juga media baik cetak maupun televisi. Semua media yang ada berlomba-lomba memberikan informasi tentang hal itu. Ada sisi baik dari media, ia selalu memberikan informasi tetntang apa yang terjadi disekeliling kita. Akan tetapi kita harus tau bahwa dibalik itu semua ada keuntungan yang ditunggu sang pemillik media. Contoh : Saat bom melanda kawasan tersebut esoknya koran gempar memberitakan itu, hingga semua koran memberitakan hal yang sama. Namun menurut saya setelah tiga hari kejadian bom, koran masih saja mengulang-ulang dari berita pertama bukan memberikan informasi yang lebih aktual. Terkadang Koran hanya mengulang berita yang sudah ada lalu dikemas menjadi berbeda. Kita pembaca mendapat apa jika seperti itu???Dan ironisnya lagi karena koran itu ingin cepat dibeli oleh konsumen judul yang dibuat seakan-akan terlalu berlebihan dan menakut-takuti pembaca. Seharusnya koran tersebut bukan hanya memikirkan keuntungan dari judul yang berlebihan dan gambar yang dipose terlalu menyeramkan bagi masyarakat Indonesia. Kita bisa tahu saat pemberitaan di JW Marriot Koran seakan-akan terlalu mengepose gambar yang berlebihan sehingga membuat kita trauma dan pasrah. Sebaiknya Koran juga menggunakan fungsinya sebagai kontrol sosial seperti memberikan solusi dan memberikan spirit bagi pembaca agar bangun dari kegelapan yang dilakukan teroris. Bukan memberikan topik yang mengulang dan memberikan kemenagan bagi teroris.

Dibawah ini kebijakan dari media:

Mikro

Media sebagai alat informasi selalu memberikan informasi yang aktual, apa saja yang kejadian yang terjadi yang mempnyai pengaruh bagi khalayak. Dalam kasus pengeboman di JW Marriot media harus memberikan informasi apa yang diperoleh kepada khalayak luas.

Meso

Setiap media akan menyebarkan suatu informasi yang baru kepada khalayak secara cepat. Salah satu cantohnya bom di JW Marriot semua media baik elektronik maupun cetak selalu membuat headline tentang pengeboman yang terjadi di hotel JW Marriot tersebut.

Makro

Khalayak akan mencari informasi terbaru tentang kejadian apa yang terjadi disekitarnya. Bilamana ada bom maka khalayak akan memcari informasi siapa pelaku maupun siapa korban yang tewas dalam pengeboman tersebut.